Banyak Anak Banyak Rezeki, Benarkah?

Orang zaman dahulu sering mengatakan jika kita memiliki banyak anak maka rezekipun akan melimpah. Masih relevankah di zaman sekarang?”

Banyak anak banyak rezeki”.

Pernah dengar kalimat di atas kan?

Orang zaman dulu sangat pecaya dengan stigma ini.

Latar belakang munculnya pepatah ini karena pada zaman dulu kebanyakan jenis pekerjaannya ialah mengolah ladang, sawah, kebun, dan nelayan.

Semakin banyak anak, maka semakin banyak lahan yang digarap.

Semakin banyak tenaga yang dicurahkan untuk membantu pekerjaan mereka.

Ini yang membuat orang tua berpikiran demikian.

Kasus yang banyak dijumpai ialah ketika anak dijadikan jaminan kesejahteraan orang tuanya di masa yang akan datang.

Ketika anak tersebut sudah bisa menghasilkan uang sendiri, dia akan diandalkan untuk memenuhi kebutuhan orang tua.

Hal ini sesuai dengan stigma kuno yang menggangap banyak anak banyak rezeki maka beban yang ditanggung orang tua semakin ringan.

Padahal anak bukan investasi orang tua.

Namun, anggapan itu sudah tidak relevan dengan kondisi sekarang.

Jumlah anak setiap kepala keluarga mulai dibatasi.

Pada tahun 1957, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) membentuk Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) untuk membatasi angka kelahiran.

Pada tahun 1970, program pembatasan kelahiran telah dilegalkan bersama dengan didirikannya Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Biasanya di keluarga modern sekarang, suami dan istri bekerja.

Alasannya terkadang karena mereka dituntut oleh kondisi keuangan yang tidak stabil.

Hal ini juga yang menyebabkan keluarga modern memilih untuk memiliki anak yang sedikit.

Keputusan ini dinilai bijak oleh pemerintah karena mendukung program Keluarga Berencana (KB).

Berikut alasan banyak anak banyak rezeki tidak lagi berlaku di zaman sekarang ini.

banyak anak

1. Lebih Banyak Perhatian untuk Anak

Keluarga modern sekarang merupakan produk program pemerintah Keluarga Berencana (KB).

Program skala nasional ini membatasi hanya memiliki dua anak dari setiap pasangan suami istri.

Output dari program ini ialah menghasilkan keluarga yang berkualitas.

Selain itu, program KB juga dapat membentuk keluarga kecil yang sejahtera dan sesuai dengan kondisi ekonomi keluarga.

Dengan dua anak, kebutuhan lebih mudah dipenuhi.

Bahkan jika kedua orang tua bekerja, perhatian untuk dua anak masih bisa diberikan.

2. Mempengaruhi Kondisi Keuangan Keluarga

Banyak anak akan mempengaruhi kondisi keuangan keluarga secara langsung maupun tidak langsung.

Orang tua harus dapat memenuhi biaya hidup sehari-hari, biaya sekolah, biaya kesehatan, dan biaya kebutuhan lainnya untuk anak.

Jika kondisi ekonomi yang pas-pasan hingga kekurangan, anak-anak akan merasa dirugikan.

Benar, setiap anak memiliki rezekinya masing-masing.

Namun pada zaman sekarang biaya pendidikan dan biaya hidup terus meningkat.

Akan kewalahan jika Anda tidak memiliki persiapan keuangan.

Sebagai orang tua, Anda harus mempersiapkan keuangan ketika sudah berencana memiliki anak.

Ada baiknya, jika Anda bisa melakukan budgeting dari pendapatan (income) Anda seperti budget untuk pendidikan, kesehatan hingga budget tak terduga (incidental).

3. Membutuhkan Skill Parenting yang Siap

Banyak anak harus bersikap adil dan mampu meminimalisasi konflik antar anak.

Skill parenting sering kali dianggap remeh padahal kemampuan ini termasuk yang sangat penting.

Banyak para orang tua yang masih mengikuti didikan orang tuanya zaman dahulu.

Di zaman sekarang, hal tersebut tidak lagi relevan jika diterapkan karena kondisinya sudah berbeda.

Mendapatkan skill parenting yang baik membutuhkan budget, misalnya untuk membeli buku yang berhubungan dengan anak, cara menghadapi emosi anak hingga cara mendidik anak yang baik.

Maka dari itu, menyiapkan dana untuk anak sangatlah penting.

Sudah banyak juga akun atau platform yang bersedia mengajari cara menyiapkan dana anak dan juga parenting yang baik.

 

Jadi bagaimana, apakah Anda setuju dengan stigma “banyak anak banyak rezeki” ini?

Jika tidak, mari mulai menyiapkan budget ini untuk masa depan anak.